3360: Pergi untuk Kembali

Ulasan 3360 | #3

Eka Perwitasari Fauzi
Alumni Laurea Magistrale, Jurusan Media Education, Università della Calabria, Cosenza, Italia. Kini tinggal di Jakarta

Bukan sekedar judul sebuah lagu popular di tangga lagu indonesia, namun akhirnya saya mengerti apa artinya kata “pergi”. Menjelajah dunia mungkin adalah impian jutaan manusia penghuni planet ini. Rasa ingin tahu telah dibuktikan oleh para pendahulu kita dengan kisah mereka mengarungi samudera menuju belahan dunia lain untuk menemukan dunia di luar sana.

Kapal laut, kereta api, pesawat, kesemuanya adalah moda transportasi yang memudahkan kita untuk memijakkan kaki di bagian belahan dunia di luar sana. Tiap-tiap moda transportasi itu selalu memiliki tempat untuk berlabuh, berhenti, atau sekedar transit. Apapun kendaraan yang digunakan, kita berangkat dari satu titik menuju titik yang lain untuk kembali ke titik awal kita berangkat.

Pulang.

Kata ini ada karena kata “pergi”.

Kita pergi untuk pulang dan pulang untuk pergi lagi. Inilah yang dirasakan Namara atau Ra dalam novel 3360.

Ketika pertanyaan, “Sedang apa aku di sini?” terus menghantui.

Ketika semua usaha yang sudah dilakukan terasa tak ada artinya, yakinlah bahwa pertemuan selalu membawa makna, pesan, arti, tersendiri. Ada alasan yang tersirat meskipun tidak selalu jelas. Namun, yang pasti, tidak ada yang kebetulan di dunia ini sebab daun jatuh pun telah diatur oleh Yang Maha Menguasai Semesta.

Ketika ia berpikir akan menghabiskan sisa hidupnya untuk berkelana mengelilingi dunia, ia diingatkan kembali akan arti “pergi” dan “pulang”.

Ternyata pergi hingga ke ujung duniapun tak ada artinya jika hati kita terpaut pada tempat asal kita. Pada akhirnya seorang petualang sejatipun akan pulang kandang. Pada akhirnya kita akan mampu mengucap kata “cukup” pada diri kita sendiri.

________________________________

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di doppelgangerishere.wordpress.com [Januari 2015].