Diskusi “Niskala” bersama Daniel Mahendra @TogaMas Buahbatu

Ulasan Niskala | #8

Oleh Abdyka Wirmon

Setelah lebih dari satu tahun “libur”, akhirnya GRI Bandung bikin acara lagi. Kali ini bukan sekadar kopdar, tapi juga diskusi novel “Niskala” yang dihadiri penulisnya Daniel Mahendra.

Mundur sedikit dari jadwal, diskusi dibuka oleh Abdyka, koordinator Goodreads Indonesia untuk wilayah Bandung. Dan, tak sedikit pengunjung Toga Mas Buah Batu yang awalnya hanya berkunjung kemudian ikut duduk untuk mendengarkan diskusi.

Diskusi yang dipandu oleh Barokah Ruziati, atau yang biasa dipanggil Mbak Uci, dibuka dengan pertanyaan: “Bagaimana ceritanya novel ini menjadi mahar pernikahan?”

DM – panggilan akrab Daniel Mahendra senyum-senyum mendengar pertanyaan itu. “Kalau kasih perhiasan, kasih sedikit malu, kalau banyak nggak mampu belinya,” jawab DM sambil tertawa. “Tapi mahar ini sesuai permintaan Lita,” lanjut DM, yang kemudian menjelaskan “sejarah singkat” pertemuannya dengan isterinya itu.

Mbak Uci kemudian melanjutkan obrolan mengenai perjalanan. Mulai dari pengalaman DM pergi ke Tibet dan Rinjani, dua dari beberapa tempat yang menjadi setting di novel ini, hingga akhirnya menyentuh konsep pulang.

“Dulu saya hanya travelling, kemudian menulis, untuk kemudian travelling lagi. Begitu terus,” kata DM. “Namun setelah bertemu Lita, dan menikah, saya jadi tahu makna sebenarnya dari pulang,” tambahnya.

Obrolan kemudian berganti topik mengenai perbedaan keyakinan yang menjadi konflik dalam cerita “Niskala”. “Justru konflik inilah yang menjadi inti cerita dari Niskala,” jelas DM. Islam Sahitya, aliran yang diceritakan tentu saja tidak ada. “Dan itu bisa diartikan sebagai aliran apa saja. Entah itu Ahmadiyah, Syiah, atau apa pun,” kata DM lagi.

Ketika ditanya siapa panutan dalam menulis, DM tanpa ragu menjawab “Gola Gong!”. Satu hal yang begitu menginspirasi DM adalah kemampuan Gola Gong untuk menjadi penulis yang produktif, meski harus mengetik dengan hanya menggunakan satu tangan. “Kalau kita yang masih bisa mengetik dengan dua tangan tapi tidak produktif, malu rasanya,” kata DM.

Ada yang menarik dari diskusi ini, karena ada satu pengunjung yang datang telah beberapa kali membeli “Niskala” untuk dihadiahkan kepada orang lain. “Karena Niskala bisa menjawab pertanyaan yang sering diajukan orang kepada saya,” kata Aldi, nama pengunjung itu.

Diskusi ini kemudian ditutup dengan pertanyaan “Bagaimana kisah Sanggita selanjutnya?” DM menjelaskan bahwa memang banyak orang yang telah membaca Niskala bertanya mengenai nasib tokoh utama wanita dalam cerita ini. “Jawabannya ada di sekuel novel ini,” kata DM.

Acara yang berlangsung lebih dari satu jam ini kemudian ditutup dengan sesi tanda tangan dan foto bersama dan beberapa anggota Goodreads melanjutkan obrolan kecil di sebuah kafe di seberang Togamas Buahbatu sembari mendiskusikan pelaksanaan Kopdar Tahun ini. Diiringi rintik hujan dan minuman panas dengan berlatar belakang suara pertandingan sepakbola, diputuskan KopDar akan diadakan tanggal 13 april 2014. Sampai jumpa di sana.

_________________________________

* Koordinator Wilayah GRI Bandung.

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di goodreads.com dan di bacaituseru.blogspot.com [Rabu, 19 Februari 2014].