Gara-gara “Perjalanan ke Atap Dunia”

Ulasan Perjalanan ke Atap Dunia | #1

Oleh Gol A Gong

Pada 3 Maret 2012 nanti – insya Allah, buku saya yang berjudul “Travel Writer” diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Rencananya, kalau lancar, “Travel Writer” diluncurkan pada Sabtu, 3 Maret 2012 di Kompas Gramedia Fair (KGF) di Istora Senayan. Di mytravelwriter.com akan saya bocorkan isi buku itu, agar para traveler bisa mendapatkan sari patinya. Tapi, saya harus menceritakan, kenapa saya tiba-tiba menulis buku “Travel Writer“. Bacalah.

Saat itu, di tangan saya ada manuskrip buku “Perjalanan ke Atap Dunia” karya Daniel Mahendra, pengarang novel Epitaph (Kakilangit Kencana, 2009). Manuskrip ini akan diterbitkan oleh sebuah penerbit di Bandung, Nuansa Cendekia, tahun 2012 ini.

Daniel menuliskan perjalanannya di Tibet yang dilakoninya pada April 2011. Bagus bukunya. Terutama teknik menulisnya, dengan cara menulis fiksi. Ini bukan catatan perjalanan seperti pada umumnya sebuah brosur: how to get there, where to stay and eat, tapi lebih ke pengalaman pribadi.

Saya mendapatkan calon buku Daniel itu ketika baru saja pulang dari perjalanan “Gempa Literasi Timur Tengah” di Dubai, Abu Dhabi, dan Ruwais, UAE, 16 – 25 Desember 2011. Ketika membaca calon buku Daniel ini, tiba-tiba saya teringat calon buku saya yang tertunda: Menulis Catatan Perjalanan. Tanpa pikir panjang, saya nyalakan computer dan saya baca lagi dengan cepat. Lalu, saya ubah judulnya menjadi “Travel Writer”.

Di buku yang sangat sederhana ini, saya ingin membagikan pengalaman bagaimana dulu saya melakukan perjalanan sambil menulis. Saya pergi dari rumah menyandang ransel tidak sehari atau dua hari, tapi berbulan-bulan, bahkan setahun hingga dua tahun. Saya menjadi manusia nomaden abad modern; dari terminal ke masjid, dari pos ronda ke losmen murah. Tergantung dana di kocek.

Saya menulis di tempat kursus mengetik, di kantor-kantor pemerintahan seperti balai desa, atau setelah era teknologi informasi ini, dengan lap top di hotel atau di warung internet. Dari honor menulis saya membiayai perjalanan. Tanpa sadar, saya sedang melakoni profesi yang sedang populer sekarang: travel writer.

Selamat membaca. Semoga bisa mengambil pelajaran dari buku “how to” sederhana ini. Tak ada teori yang nge-jlimet. Semua berdasarkan hati.

Happy reading dan terima kaih kepada semua yang membantu penulisan buku ini.

_____________________________

* Travel Writer, Pendiri Rumah Dunia.

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di mytravelwriter.com [Januari 2012].