Kisah Penulis Samaran

Ulasan Pseudonim | #05

Dini Salvida
Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga, Surabaya

Novel ini menceritakan kehidupan Pra yang berprofesi sebagai penulis dan memiliki berbagai masalah, mulai dari keluarganya sendiri yang tak pernah mendukungnya karena menurut keluarganya berprofesi sebagai penulis tidak akan pernah bisa menjamin kebutuhan hidupnya. Bahkan, ibunya sendiri pun masih berpikiran klasik bahwa bekerja itu adalah berangkat pagi pulang sore dan menganggap pekerjaan Pra tidak jelas.

Tidak hanya ibunya, para tetangga dan teman-temannya pun banyak yang menyuruhnya berhenti untuk menjadi penulis. Hanya satu orang yang selalu mengingatkannya untuk menulis yaitu sahabatnya sendiri yang bernama Suhar. Namun, sekali lagi, Pra juga meragukan profesinya sebagai penulis dan ia pun telah bertekad untuk pensiun sebagai penulis novel.

Di dalam novel ini penulis juga mengisahkan kehidupan percintaan Pra yang ternyata memiliki banyak pacar yang berada di kota-kota yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda pula. Konflik-konflik yang dialami Pra dengan pacarnya pun terus berlanjut hingga suatu ketika ia terpergok menyelingkuhi pacarnya hingga ia pun berakhir seorang diri setelah kelima pacarnya itu meninggalkannya. Hari-harinya hampa. Pekerjaannya pun beralih menjadi sopir di rental mobil milik temannya, Saefulah, yang kerap kali memberikan wejangan untuknya.

Keesokannya, Pra mendapat sebuah telepon dari Ardi yang mempertemukannya dengan Satar, seorang penulis skenario sinetron. Satar ingin Pra menjadi ghostwriternya. Tawaran menulis skenario sinetron ini tentu saja menggiurkan bagi Pra jika melihat kondisi keuangannya. Apalagi Satar menawarkan harga menulisnya satu episode dua juta, sehingga membuat Pra mengiyakan tawarannya. Kini, Pra menjadi pseudonim, orang yang menulis dengan nama samaran. Sejak saat itu, kondisi rumahnya pun membaik.

Konflik pun berlanjut ketika Pra menemukan sesosok perempuan bernama Radesya. Perempuan yang berprofesi menjadi dokter dan mempunyai impian yang hebat di mana ia menginginkan klinik sederhana yang jauh dari kota. Pra merasa kagum terhadapnya. Hubungannya pun semakin dekat. Ia pun jatuh cinta pada Radesya dan berani untuk mengajaknya menikah. Namun, Radesya meminta maskawin berupa novel dan membuat Pra sangat bingung dan mau tidak mau ia harus menulis novel lagi.

Dengan mengejutkan, tiba-tiba empat orang berseragam polisi diiringi dua petugas keamanan apartemen mendatangi lalu menangkap Pra dengan tuduhan sebagai tersangka pembunuh Satar dan Landung. Pra menjadi kacau saat itu. Satu lagi, perempuan bernama Radesya itu tidak diketahui keberadaannya.

Ada sejumlah catatan dalam novel, yaitu antara lain banyaknya cerita mengenai beberapa pacar Pra yang setiap ketemu selalu menanyakan “kapan menikah?” yang terkesan sedikit membosankan dan sudah bisa ditebak akhirnya. Selain itu, kemunculan Radesya, sesosok perempuan misterius yang dapat membuat jatuh cinta Pra membuat akhir dari novel ini gantung dan kurang memuaskan menurut saya.

Dengan menggunakan bahasa sehari-hari, sehingga mudah untuk dipahami oleh pembacanya, novel ini mengandung banyak pesan moral yang dapat diambil. Misalnya, “Orang kerja kantoran, tetap ada risikonya. Jadi penulis, pasti ada juga risikonya. Jangan dikira risikoku nggak besar, Pra. Entah mobil baret, tabrakan, atau hilang dibawa orang. Tetap ada. Tapi, kita harus menjalani apa yang sudah kita pilih, toh?” (halaman 103).

Selain itu, “Setiap orang pernah tergelincir berbuat salah. Dan kalau orang itu minta maaf, mengakui perbuatannya, adalah wajib untuk memaafkan, kan?” (halaman 130). Novel ini juga mengajarkan kepada kita agar tidak pernah menyerah dengan apapun yang kita sukai hanya karena hal tersebut diremehkan oleh orang lain, dan gunakan masa lalu sebagai pelajaran untuk tidak mengulangi kesalahan di masa depan.

Melalui pacar-pacar Pra yang berada di kota yang berbeda-beda, Daniel Mahendra tidak melupakan tempat dan budaya khas Indonesia untuk diungkapkan di dalam novelnya. Misalnya seperti pementasan Bubat for Gusmiati Suid (halaman 70) di Bali. Bagi pembaca yang tidak mengetahui mengenai pementasan itu, pastinya menjadi pengetahuan tersendiri untuknya. Selain itu, penulis juga mengulas tempat-tempat yang asyik di Yogyakarta sehingga kita tertarik untuk mengunjunginya, terutama tempat-tempat yang berhubungan dengan budaya khas Indonesia.

Novel Pseudonim karya Daniel Mahendra ini layak dibaca untuk kalangan remaja maupun dewasa terutama untuk orang-orang yang tertarik dengan dunia kepenulisan.

Deskripsi Buku:

Judul Novel: Pseudonim
Penulis: Daniel Mahendra
Penerbit: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Kota: Jakarta
Terbit: Cetakan Pertama, Juli 2016
Jumlah Halaman: 266 halaman
ISBN: 978-602-375-596

________________________________

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini dimuat di Rimanews.com [6 November 2016].