Niskala [02]

Ulasan Novel Niskala | #7

Oleh Aprilia Indah Setiati

No! Aku tidak sedang berjualan buku ataupun promosi. Aku hanya mengapresiasi salah satu karya dari Tn. Daniel Mahendra. Yup, “Niskala”.

Tapi, ini bisa dibilang apresiasi gak, ya? Entahlah, yang penting aku ingin cerita, berbagi pengalamanku bersama si Niskala kepada kalian semua yang sempat mampir kemari. Dan tentu saja, dalam sudut pandangku. Hehehe.

Well, Niskala adalah buku yang sangat… apa ya? Menarik? Menakjubkan? Entahlah, yang penting, buku ini menurutku sangat… No, buku ini amat sangat amazing, wow.. oh, entahlah aku tak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkannya.

Aku membeli buku ini bulan September lalu, saat ada pameran buku di depan perpustakaan daerah. Harganya… Yah, begitulah. Sedang-sedang saja. Awal aku melihat buku ini, aku langsung terjerat, tertarik oleh cover depan. Dimana ada teks yang berbunyi: “Kisah tentang Cinta, Keyakinan, dan Perjalanan Keliling Dunia”. Wow, tentang cinta dan perjalanan keliling dunia! Ini akan sangat menarik, batinku dalam hati. Dan tentang… keyakinan. Hmm.. jadi beli gak, ya?

Oke, akhirnya kuputuskan untuk membelinya (namun masih ragu). Kulihat cover belakang untuk mengetahui harganya. Lalu, kulongok uang dalam tasku. Huh, kurang. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Aku malah tetap keliling, mencari novel menarik yang harganya sesuai dengan uang yang kubawa. Sialnya, aku menemukan novel menarik itu. Novel terjemahan, terbitan 2011, berseri, dan uangku cukup (maksudnya, cukup untuk membeli satu seri itu saja). Haha.. Setelah itu, aku pulang. Nah, itu kunjungan pertamaku ke pameran buku itu.

Kunjungan kedua (sore hari, setelah melakukan kunjungan pertama siangnya), aku masih melihat si Niskala terpajang rapi di rak, di pojokan. Dan aku, lagi-lagi masih belum mengambil buku itu untuk kuajak pulang. Ya, kunjungan kedua itu, aku pulang tanpa membawa buah pena Daniel Mahendra.

Kunjungan ketiga, beberapa minggu dari kunjungan pertamaku, aku diajak lagi oleh temanku ke pameran itu lagi. Yah, semoga saja orang kasirnya tidak bosan melihat kami. Hah, dan yang menguntungkan, aku dan temanku sama-sama maniak buku. Nah, kunjungan ketiga itu, kubulatkan tekadku untuk membeli buku itu. Hah, akhirnya, Niskala udah di tangan. Haha..

Jadi, buku itu sah jadi milikku mulai tanggal 8 September 2013. Dan aku, tidak langsung membacanya. Kenapa? Entahlah, akupun tak tahu. Yang penting, aku selesai membaca Niskala pagi ini. Dan rencananya, aku ingin menulis ini setelah selesai membaca (ide itu muncul tiba-tiba). Tapi, aku ada janji dengan temanku. Hah, terbengkalai sudah…

Nah, nah… si novel Niskala ini alurnya maju mundur (atau mundur maju yah? Yang penting ada maju dan mundur). Di setiap bab, pasti ada quotes, entah itu satu, dua, atau banyak. Judul-judul bab itu sendiri menggunakan kata dari bahasa… apa ya? Sanskerta, mungkin. Entahlah, aku tak tahu pasti. Misalnya, Pawana yang berarti angin, Sanggita yang berarti penjiwaan, dan Arcapada yang berarti jagat semesta. Hmm.. maafkan aku kalau aku salah menafsirkan dari bahasa apa itu. Dan kalian tahu? Aku terpukau dengan diksi di dalamnya.

Niskala sendiri dapat diartikan dari dua bahasa. Dalam Bahasa Indonesia, dapat diartikan sebagai tidak berwujud; abstrak. Dan dalam Bahasa Sanskerta, memiliki arti tak ada halangan; selamat. Dan tentunya, aku mengetahui artinya dari dalam buku itu sendiri. Di glosarium judul.

Hm.. waktu aku membaca Niskala, rasanya, aku tak bisa berhenti. Karena ceritanya, dan mungkin karena diksinya pula. Jangan lupakan, quotes. Satu kalimat yang paling kusukai adalah “Kulirik meja kerja yang kesepian, lampu meja yang mengantuk, buku-buku yang berlumut senyap, laptop yang menggigil kedinginan, bungkus rokok yang hampa melangut, asbak yang tergolek kekenyangan, serta mug yang tandus kekeringan.”. Huh, kalian tahu kenapa aku suka kalimat itu? Diksi!

Aku pribadi adalah kutu buku, tapi, buku roman. Dan juga, aku suka traveling. Waktu beli buku ini saja, aku baru pulang camping (4-7 September 2013), sampai rumah pukul 8 pagi, 8 September 2013. Diajak teman, jam 10 pagi (hmm.. gak penting banget, ya. Ya maaf). Nah, dengan pribadiku yang seperti itu, bagaimana mungkin aku tidak tertarik pada novel satu ini?

Oh, satu lagi yang menarik dari buku ini. Tokoh utamanya adalah penulis dan juga traveler. Jadi, dia menulis tentang berbagai perjalanannya. Bukan panduan. Tapi, dalam bentuk memoar. Well, meski inti yang diceritakan bukan itu. Tapi, karena aku juga tertarik dengan dunia tulis-menulis, aku jadi sedikit banyak mengerti dan belajar dari situ. Yeah, aku masih junior.

So, dari Niskala aku belajar banyak hal. Kehidupan. Mulai dari cerita itu sendiri dan juga kutipan-kutipan yang diselipkan. Intinya, Niskala ini sangat berguna. Sangat… WOW! Sumpah, aku tak bisa mendeskripsikannya dengan kata-kata. Ini, sungguh luar biasa. Sungguh sableng diriku ini!

Oke, kurasa cukup. Aku tak tahu harus menulis apa lagi tentang buku satu yang sangat menakjubkan itu. Oh, jangan lupa, itu novel bukan novel terjemahan, dan baru terbit tahun 2013 ini, mungkin. Karena, dalam buku tertulis cetakan pertama tahun 2013. Dan naskah buku itu merupakan mahar pernikahan Tn. Daniel Mahendra dengan Ny. Lita Soerjadinata pada 2 Desember 2012 (tertulis di buku).

Pulang adalah kata paling indah yang dimiliki seorang petualang ketika ia telah tahu jalan menuju pulang…

[Daniel Mahendra, Niskala]

_________________________________

* Mahasisiwi, tinggal di Gresik, Jawa Timur.

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di apr-aprindhs.blogspot.com [Kamis, 26 Desember 2013].