Perjalanan ke Atap Dunia [10]

Ulasan Perjalanan ke Atap Dunia | #36

Penulis: Daniel Mahendra
Penerbit: Medium, 2012
ISBN: 978-602-8144-15-5

Saat duduk di kelas V SD, untuk pertama kalinya Daniel membaca komik Tintin di Tibet. Sejak itulah Daniel bermimpi untuk mengunjungi “Negeri Atap Dunia”. Belasan tahun kemudian angan-angannya terwujud. Nyaris gaga; karena saat membuat visa Pemerintah China menutup Tibet bagi turis asing. Untungnya, pengumuman itu akhirnya dicabut. Ber-solo traveling, Daniel beruntung mendapatkan teman seperjalanan seorang pemuda Amerika Latin yang membuka matanya tentang kebaikan.

Saat pertama tiba di Lhasa, Tibet, yang dilakukan Daniel adalah shalat di masjid tertinggi di dunia. Ia tak menyangka bahwa di negeri mayoritas beragama Buddha ada sebuah masjid. Namun, ternyata kebahagiaan Daniel dapat menginjak negeri Dalai Lama ini berganti dengan keprihatinan. Ia sedih karena turisme sudah menjadi komoditas yang dijual oleh Pemerinta China, tanpa peduli perasaan rakyat Tibet. Tempat ibadah bukan lagi tempat sakral. Dengan bebas wisatawan hilir mudik di depan para biksu yang sedang mendaraskan alkitab. Melihat kenyataan itu, Daniel bahkan merasa malu menjadi turis di Tibet. (RPS/LITBANG KOMPAS)

_________________________________

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di Harian Kompas, hal 25 [Selasa, 8 Januari 2013].