3360 – Daniel Mahendra

Ulasan 3360 | #7

Alfiani Fitri
Pembaca, tinggal di Pamekasan

Judul : 3360 – Dia tahu ada tempat untuk pergi dan kembali.
Penulis : Daniel Mahendra – @penganyamkata
Penerbit : Grasindo
Editor : Anin Patrajuangga
Desainer sampul dan ilustrasi : Sapta P. Soemowidjoko
Penata isi : Yusuf Pramono
Tahun terbit : 2014

“Meninggalkan stasiun, menyinggahi stasiun, untuk pergi ke: stasiun” -hlm. 49

THE BLURB

Di usianya yang belum lagi tiga puluh, Ra merasa kariernya mentok. Ia telah melakukan semuanya. Juga mencapai segalanya. Tetapi ia ingin melakukan sesuatu yang lebih. Yang selama ini jadi impian terbesarnya. Yaitu menyusuri jalur kereta api seluruh dunia!

Siapa nyana, rencana kepergian Ra bukan tanpa rintangan. Tentang Damar, kekasihnya yang lenyap entah ke mana. Tentang mamanya yang tinggal di rumah sakit jiwa. Tentang bapaknya yang menghilang bak ditelan bumi. Maka ia pun meninggalkan stasiun, menyinggahi stasiun, menuju stasiun. Meninggalkan segala-galanya yang pernah ada di belakang.

Orang mencoba menggapai bintang di langit. Padahal Cahaya itu ada di dalam hatinya.

“Barangkali begitulah hidup. Kita berangkat dari satu titik menuju titik-titik berikutnya, berupa stasiun demi stasiun. Bertemu dengan orang orang baru. Cerita baru. Pandangan baru.”

MY THOUGHT

Seperti yang dituliskan di blurb, kisah ini tentang Namara–atau yang biasa disebut Ra. Tentang perjalanan keretanya, yang akhirnya menemukan makna hidup dan perjalanan sesungguhnya.

Dilihat dari deretan kalimatnya, menyiratkan penulisnya yang kaya akan diksi. Selain itu,  ia juga cukup sukses membuat sosok wanita dalam cerita ini menggunakan pov 1. Sekalipun watah si tokoh bisa dibilang agak tomboi.

Dengan alur maju mundur, ia menggambarkan kisah kasih Namara. Mulai dari alasan mimpinya, keluarganya, teman-temannya, pun kekasihnya yang tiba-tiba menghilang. Hingga tentang orang-orang baru yang ia temui di kereta.

Tak hanya itu, penulis juga menyiratkan filosofi kereta lengkap dengan stasiunnya. Bahkan riset tentang keduanya mendetail. Ada juga beberapa sindiran halus yang sengaja ia sampaikan kepada pembaca. Seperti misalnya, saat melihat Indonesia dengan sudut pandang berbeda.

Disapa dengan kutipan kereta disetiap awal bab, membuatku semakin bersemangat melahap isinya. Juga dengan lirik lagu yang menutup setiap babnya. Manis.

Hanya saja, ada yang membuatku sedikit kecewa. Yaitu, bagaimana akhir Chen? Kupikir masih belum terselesaikan. Oke, kisahnya memang misterius sejak tiba-tiba meninggalkan bilik tanpa sebab.

Tapi overall, aku suka dengan ceritanya. Membuat pandangan baru tentang kereta selain gerbong-gerbong dan relnya. Tentang hidup yang seperti kereta. Dan setelah menyelesaikannya, aku akhirnya mengerti makna 3360 dengan kaver berilustrasi rel kereta.

“Ra, dengar. Setiap perjalanan, seharusnya bisa membuat kita belajar tentang arti perjalanan itu sendiri. Memaknai setiap langkah kaki kita.” -Fabio

________________________________

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di Dream Crafter [13 Maret 2016].