3360; Novel Ber-Soundtrack

Ulasan 3360 | #5

Hardi Vizon
Dosen STAIN Curup, Rajang Lebong, Bengkulu, tinggal di Yogyakarta

Aku sudah rencanakan untuk membaca novel 3360 karya Daniel Mahendra dalam perjalanan Jogja-Jakarta dengan menaiki kereta api. Rasanya akan pas sekali membacanya dalam situasi seperti itu. Pasalnya, novel DM ini berkisah tentang perjalanan Namara mewujudkan impian terbesarnya, yaitu menyusuri jalur kereta api di seluruh dunia. Namun, kenyataan berkata lain. Karena suatu alasan, aku pun kembali menumpang pesawat terbang untuk perjalanan Jogja-Jakarta-Bengkulu. Jadilah akhirnya novel tersebut tetap kubaca, menemani perjalananku, meski tidak mengendarai kereta api.

Cerita utama dari novel ini adalah tentang Namara, gadis tomboy yang memutuskan untuk meninggalkan karir dan keluarganya, demi mengejar impiannya berkeliling dunia. Kepergiannya itu dilatarbelakangi oleh kekecewaannya terhadap sang kekasih, Damar, yang tidak kunjung memberi keputusan tentang hubungan mereka. Alih-alih memberi kepastian, Damar malah menghilang, tanpa kabar berita.

Rawian sebelum Namara melakukan perjalanannya, menjadi cerita yang menarik dan mampu mematik emosi pembaca. Aku ikut larut dalam cerita tentang Namara dan ibunya. DM cukup piawai merawikan kisah yang melankolis semacam itu. Tapi, jangan khawatir, kesedihan yang diumbar, tidak lebay sama sekali seperti sinetron-sinetron itu, kok.. :)

Membaca bagian-bagian awal aku merasakan sedikit kejenuhan. Cerita dengan setting perjalanan ke Tibet, kembali disuguhkan DM di novel ini. Tentunya ini adalah kali ketiga novel karya DM berlatarkan Tibet, setelah sebelumnya Perjalanan ke Atap Dunia dan Niskala. Juga tentang keputusan sang tokoh untuk bertualang keliling dunia setelah kecewa dengan kekasihnya, juga sedikit banyaknya pernah menjadi latar belakang cerita di novel Niskala.

Namun, kejenuhan itu tidak berlangsung lama. Keseruan pengalaman yang dialami Namara dalam menempuh 3.360 km perjalanan kereta api dari Chengdu, Cina menuju Lhasa, Tibet, membuatku mengerti apa sesungguhnya yang ingin disampaikan DM melalui novelnya ini. Pengalaman Namara dalam perjalanan kereta api selama 44 jam tersebutlah yang menjadi inti ceritanya. Ada kegembiraan, kemarahan dan juga ketegangan yang dialaminya, hingga akhirnya Namara sampai di Lhasa dan mengatakan, “Aku ingin pulang”.

Bagaimana itu bisa terjadi? Baca saja sendiri novelnya ya… :D

Ada yang menarik dari novel 3360 ini. Yakni, judul semua babnya, diambil dari judul-judul lagu populer. Sebut saja misalnya Tears of The Dragon (Bruce Dickinson), Bunda (Melly Goeslaw), dan I Will Always Return (Bryan Adams). Pemuatan judul-judul lagu ini bukan tanpa alasan. Di setiap akhir bab, lirik lagu tersebut dimuat secara utuh dan menjadi semacam soundtrack bagi kisah yang dirawikan.

Ketika membaca pertama kali novel ini, aku tidak merasakan efek yang terlalu besar dari lagu-lagu yang dimuat tersebut. Namun, ketika kembali kubaca novel ini beberapa hari yang lalu, dengan mendengarkan lagu-lagu tersebut melalui Youtube sambil membaca lirik yang dituliskan, aku merasakan sensasi yang berbeda. Ada sebuah rasa yang muncul di hati dan menautkannya dengan emosi cerita. Ah.. pintar sekali DM meramunya, apalagi lagu-lagu yang dipilih benar-benar pas dengan plot cerita.

Salah satu soundtrack yang aku suka adalah lagu berjudul That’s the Way It Is yang dipopulerkan oleh Celine Dion. Lagunya benar-benar bagus dan pas sekali dengan cerita, terutama pada bait:

When you want it the most there’s no easy way out
When you’re ready to go and your heart’s left in doubt
Don’t give up on your faith
Love comes to those who believe it
And that’s the way it is

Novel ini sangat layak untuk dibaca, terutama bagi yang masih belum memahami makna “pulang” yang sesungguhnya.. Tidak percaya? Buktikan saja.. ;)
________________________________

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di Surau Inyiak [11 Februari 2015].