Ulasan Niskala | #18
Ano Ariqin
Pelajar, tinggal di Tangerang
Pulang adalah kata paling indah yang dimiliki seorang petualang ketika ia telah tahu jalan menuju pulang…
Bercerita tentang seorang lelaki yang bernama Galang, seorang penulis sekaligus traveler. Galang melakukan perjalanan ke gunung everest untuk menepati janjinya kepada seseorang. Perjalanan tanpa tujuan yang tak tahu kapan akan pulang. Kata pulang itu sendiri terdengar tabu di telinga Galang. Namun di gunung everest ada seorang sahabatnya yang mengatakan bahwa jika terus begini melakukan perjalanan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Sahabatnya tersebut menyarankan Galang untuk pulang dan kembali kepada orang yang saat itu sedang membutuhkannya.
Seseorang itu adalah Sanggita. Perempuan yang tadinya akan Galang nikahi namun ada satu kejadian yang membuat mereka gagal untuk menikah padahal mahar pernikahan pun sudah siap untuk diberi namun kejadian tadi menenggelamkan semuanya dan membuat Galang menjadi seorang petualang tanpa tujuan yang tak tahu kapan harus pulang.
Mahar pernikahan itu bukan perhiasan maupun berlian melainkan sebuah naskah buku yang siap untuk diteritkan. Bukan tanpa alasan Galang memberi mahar pernikahan dengan sebuah naskah buku karena Sanggita sendirilah yang memintanya.
Pulang? Kata pulang belum pernah terpikirkan oleh Galang, ia masih terus ingin berpetualang melunasi janji-janjinya kepada Sanggita karena dia lah alasan mengapa Galang berada di gunung Everest.
Masih banyak tempat yang hendak Galang kunjungi tapi seharusnya ia harus pulang, pulang untuk Sanggita karena dia sedang membutuhkannya.
________________________________
Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di anoariqin.blogspot.com [Selasa, 19 Mei 2015].