Perjalanan ke Atap Dunia [03]

Ulasan Perjalanan ke Atap Dunia | #18

Oleh Evi Yuniati

Waktu itu aku ga ngeh kalo penulis buku ini hadir. Waktu mas Gong menyebut nama Daniel Mahendra, barulah ku teliti yang mana orangnya. Akhirnya aku bertatap muka juga dengan penulis Epitaph, buku yang begitu membekas di ingatanku.

Setelah beberapa bulan sejak itu akhirnya buku Perjalanan Ke Atap Dunia launching juga. Saat buku ini ada di genggaman, rasa tak sabar mengikuti perjalanan mas DM (begitu aku menyapanya) akhirnya ku mulai.

Lembar demi lembar ku lewati dan rasanya tak ingin berhenti untuk sekedar menemui kisah baru di kota yang baru. Iri? Ya, timbul rasa iri demi membaca kisah perjalanan mas DM ini. Seru, asik, banyak pengalaman yang terjadi selama perjalanan. Punya teman-teman baru, mengenal budaya dan kebiasaan di negara yang berbeda. Sungguh membuatku iri.

Ada kalimat menarik sebagai pembuka chapter di halaman 169 dari seorang Mark Twain “Twenty years from now, you will be more dissapointed by the things that you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbour. Catch the trade winds in your sails. Explore. Dream. Discover.” Yah… Benar sekali kata-kata itu. Jangan sampai menyesal tanpa pernah meraih apa yang kita impikan. Harus berjuang untuk bisa merengkuhnya.

Jadi ingat akan mimpiku untuk bisa ke Belanda. Memang bukan mimpi sedari kecil seperti mas DM yang memimpikan Tibet sejak membaca buku Tin Tin, tapi jujur sampai saat ini aku masih takut-takut untuk bisa mewujudkan mimpi ke Belanda karena banyak sekali rintangan yang harus ku halau.

Mudah-mudahan buku perjalanan mas DM ini bisa selalu menjadi pengingat bagiku, bahwa tidak ada mimpi yang tak mungkin terjadi kalau tidak diniatkan. Lewat perjalanan juga bisa membawa satu perubahan dalam hidup. Pasti ada pengalaman yang berpengaruh seperti yang terjadi dengan mas DM.

Gaya penuturan mas DM mengalir runut seperti bercerita lisan. Pokoknya menarik, excelent.

Terima kasih mas DM yang sudah berbagi kisah perjalanannya, lumayan bisa jalan-jalan super irit ke Cina, Tibet, Nepal dan negara-negara kecil yang disinggahi. Ikut merasakan menggigil, mual selama perjalanan. That’s why I like reading traveling book, I can be at the same place, same moment with the traveler.

Namaste…

_________________________

* Marketing, tinggal di  Bekasi.

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di goodreads [Mei 2012].