Rumah Malka: Toko Buku Sastra Berbasis Diskusi

Annida-Online-Bisa dibilang, suasana di toko buku ini nggak pernah sepi pengunjung, selalu ramai. Usut punya usut, ini memang toko buku plus perpustakaan yang di dalamnya menyediakan ruang khusus untuk berdiskusi bagi para anggotanya. Berdiri di Bandung tahun 2001 silam, Daniel Mahendra, sang pengelola, menjelaskan bahwa tujuan awal menggagas Rumah Malka ini hanya untuk memberikan ruang kepada pencinta sastra untuk berdiskusi.

“Saya dan beberapa teman pencinta sastra awalnya sering berdiskusi tentang buku-buku yang telah atau akan kami baca. Lama-lama kami berpikir kenapa nggak sekalian bikin perpustakaan yang bisa diakses oleh banyak orang, khususnya buat anak-anak muda. Saya sendiri punya misi untuk menumbuhkembangkan budaya baca di sekitar sini melalui buku-buku sastra,” jelas Daniel, panjang lebar.

Bisa dipastikan koleksi buku-buku yang tersedia di toko buku yang beralamt di Jl. PHH Mustopa No. 54 A, Bandung ini memang nggak jauh-jauh dari buku-buku sastra. Mulai dari sastra klasik, dari dalam maupun luar negeri, hingga sastra populer yang digandrungi oleh pencinta sastra pemula. Buku-buku Pramudya Ananta Toer, NH Dini, Goenawan Muhamad, hingga Habiburrahman El Shirazy, tersedia lengkap di sini. Pihak pengelola memang nggak menjual seluruh koleksinya. Ada yang hanya bisa disewa, tapi banyak juga yang bisa dibeli oleh pengunjung toko buku.

“Biasanya buku-buku yang nggak bisa dibeli karena jumlah stok yang tersedia di kami hanya beberapa ekslemplar saja. Biasanya nggak lebih dari tiga. Dan biasanya itu buku-buku sastra yang langka, yang sudah sulit sekali kita temui di manapun. Mungkin ada, tapi sulit nyarinya. Tapi para pengunjung bisa tetap membacanya, karena kami memiliki fasilitas sewa buku,” lanjut Daniel.

Saat ini Rumah Malka menjual kurang lebih 200 judul buku sastra dari berbagai penerbit dan harga setiap bukunya relatif murah karena telah mendapatkan potongan harga sebesar 20 persen dari harga banderol. Menurut Daniel, karena Rumah Malka yang digagasnya ditujukan untuk komunitas pencinta sastra, maka diskusi rutin untuk para pengunjung senantiasa diselenggarakan tiap pekan di hari Sabtu.

“Biasanya kami mendiskusikan hal-hal yang berbau sastra apapun itu, memang lebih banyaknya sih buku. Tapi diskusi kami balut dalam suasana yang menyenangkan karena selama ini sastra seringkali di anggap sebagai sesuatu yang berat. Padahal nggak juga,” pungkas Daniel. [nyimas]

Sumber: Annida-Online