[ Antologi Puisi – Cerpen – Esai – Curhat, 2004 ]
Penulis: Aguk Irawan MN, A. Kohar Ibrahim, Amarzan Ismail Hamid, Arira, Bayu Abdinegoro, Daniel Mahendra, Eep Saefulloh Fatah, Fadjar Sitepu, Ferren Bianca, Francisca Fanggidaej, Hartinah Sareko, Heri Latief, Ilham Aidit, Indraningrum, Iramani.id, Mario, Mawie Ananta Jonie, Madia Patra, MiRa, Nadir Attar, Omie Lubis, Petra Dipantara, Pramoedya Ananta Toer, Pringgo Widagdo, Putu Oka Sukanta, Ragil Nugroho, Septi Wulandari, Setyaning, Sihar Ramses Simatupang, Svetiana, Tari, Tom Iljas, T. Iskandar A.S., Tuti Martoyo, Utji Kowati Fauzia, Yonathan Rahardjo, Zeta Roza.
Penerbit: Lembaga Sastra Pembebasan & Penerbit Malka
Halaman: 343 hal
Dimensi: 13 x 21 cm
ISBN: 979-96528-5-5
Editor: Heri Latief, Ratih Miryanti, Daniel Mahendra
Desain Buku: M. Arifin Ciptadi
Rancang Kulit Muka: M. Arifin Ciptadi
Apa yang dapat dilakukan manusia dalam rentang waktu 40 tahun? Setiap individu memiliki jawaban menurut ragam versinya masing-masing. Nyatanya 40 tahun bukan waktu yang sebentar. Seseorang dapat melakukan banyak hal dalam kurun waktu selama itu. Namun bukan pula waktu yang terlalu lama, bagi sebuah negara, untuk dapat mengingat-menelusuri serta menyibak kembali yang telah terjadi.
Buku ini lahir dari berbagai olah pikir manusia-manusia republik yang melihat, mempelajari, merasakan juga mengalami langsung apa yang telah terjadi dalam kurun waktu 40 tahun. Ditulis dengan tulus, getir, sinis, menyayat juga geram.
Kumpulan ini hanyalah salah sebuah cara dari banyak hal untuk menyadarkan kita, manusia Indonesia, yang tak boleh lari dari kenyataan sejarahnya sendiri. Bagaimana sejarah ditafsir serta ditulis, manusia-manusia itu sendiri ya merawikannya.
Empat dasawarsa telah berjalan. Dan kita masih lagi terus merawi sejarah. Dengan beragam macam versinya. Hingga sampailah kita pada dengan gerbang kebenaran sejati. Meski entah kapan.
Namun satu hal pasti: pengabur sejarah kebenaran, tersipu-sipu malu, berdiri pergi meninggalkan meja diskusi, berjalan menyeret diri, terseok-seok, dan menghilang di tikungan jalan. Jalan kebenaran!