Twitteriak Episode 12 bersama Daniel Mahendra

Ulasan Perjalanan ke Atap Dunia | #3

SEJAK beberapa tahun belakangan ini, cerita-cerita perjalanan (travel writing) mulai marak di Indonesia. Satu persatu nama-nama para petualang, mulai yang menamakan dirinya backpacker, traveler, explorer bermunculan ke permukaan. Masing-masing memiliki kekhasan. Ada yang fokus bercerita tentang bagaimana cara mencapai tujuan tertentu, ada yang mengutamakan travelling dengan budget tertentu, ada yang filosofis mengisahkan perjalanannya dengan renungan dan refleksi yang kuat. Semua memberi warna pada ragam travel writing yang ada.

Benang merahnya ragam penulisan para travel writer itu adalah mereka melakukan perjalanan dan pada akhirnya menuliskannya. Ditulis keroyokan, ditulis sendirian dengan penuh canda, hingga dituliskan dalam dan berbobot. Jenis yang terakhir ini baru muncul belakangan hari dan jumlahnya tak banyak.

Itulah sebabnya, obrolan TWITTERIAK kali ini menghadirkan Daniel Mahendra, seorang travel writer yang baru saja merampungkan kisah perjalanannya ke China, Tibet, dan Nepal. Sebenarnya pria lajang kelahiran 1 Agustus 1975 ini, telah lama berkecimpung dalam dunia tulis menulis.

Daniel Mahendra pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa media, juga pernah bekerja sebagai editor di beberapa penerbit. Tulisannya dimuat seperti di Horison, Kompas, Republika, Surabaya Post, Tempo, Pikiran Rakyat, Galamedia, Radar Bandung, Radang Jember, Hai, Ninetyniners, Potensi, Matabaca, dll. Tulisan Daniel Mahendra sudah pernah dimuat di berbagai media seperti Horison, Kompas, Republika, Surabaya Post, Tempo, Pikiran Rakyat dan banyak media lainnya. Karyanya sendiri sangat bervariasi, mulai dari puisi, cerpen, novel, esai, sejarah, hingga traveling. Ia juga pernah membuat karya lain dalam bentuk animasi 3 dimensi.

Simak obrolannya dengan Twitteriak kali ini seputar proses menulis dan buku barunya!

#Twitteriak: Selamat atas terbitnya “Perjalanan ke Atap Dunia” ya. Kapan bisa dibeli oleh publik pembaca?
Daniel Mahendra: Terima kasih. Barangkali untuk amannya: buku “Perjalanan ke Atap Dunia” mulai terdistribusi pada April 2012.

#Twitteriak: Bisa ceritakan sedikit isi buku “Perjalanan ke Atap Dunia” ini? Apa yang membuatnya berbeda dengan buku traveling lain?
Daniel Mahendra: “Perjalanan ke Atap Dunia” adalah sebuah catatan perjalanan menyusuri China, Tibet, dan Nepal. Ditulis dengan teknik berkisah. Bukan “how to”. Di sana aku ingin mengajak pembaca untuk berani bermimpi!

#Twitteriak: Bagaimana awalnya sampai punya ide untuk menulis “Perjalanan ke Atap Dunia” ini?
Daniel Mahendra: Awalnya ingin menulis beberapa novel dari perjalanan itu. Tetapi karena di setiap tempat aku mencatat, maka kukumpulkan.

#Twitteriak: Apa relevansi komik “Tintin ke Tibet” dan “Perjalanan ke Atap Dunia” ini?
Daniel Mahendra: Komik “Tintin di Tibet” adalah awalnya. “Perjalanan ke Atap Dunia” adalah mimpi masa kecilku yang coba kuwujudkan :)

#Twitteriak: Gol A Gong diminta Daniel Mahendra menulis kata pengantar untuk “Perjalanan ke Atap Dunia” tapi apa alasannya?
Daniel Mahendra: Gol A Gong adalah guruku dalam arti yang sebenarnya. Aku belajar menulis dan berani melakukan traveling karena dia. Ketika aku mulai berani melakukan apa yang Gol A Gong contohkan, aku ingin dia yang menilai catatanku tersebut.

#Twitteriak: Tulisan dan pertanyaan dari Gol A Gong di kata pengantar berjudul “Apa yang kamu cari, lelaki?” sangat menarik. Tapi belum terjawab juga. Apa jawabannya?
Daniel Mahendra: Jawabannya sederhana: kupikir kebahagiaan itu harus dicari, ternyata bukan. Kebahagiaan itu mesti diciptakan! Dan kurasa aku sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan Gol A Gong tersebut: “Apa yang kamu cari, lelaki?”

#Twitteriak: Perjalanan ini sendiri apa maknanya bagi diri Daniel Mahendra?
Daniel Mahendra: Aku belajar mengenal diriku sendiri. Belajar mendiskripsikan gerangan siapa aku ini. Dan hendak ke mana. Perjalanan mengajarkanku: aku JAUH lebih berani bermimpi. Lebih berani menetapkan tujuan. Dan mewujudkannya. Aku jadi lebih memahami dan menghargai makna “pulang” setelah pergi. Pengertian “rumah” setelah bepergian.

#Twitteriak: Apa yang unik/berkesan saat melakoni perjalanan ini?
Daniel Mahendra: Jawabannya bisa banyak sekali. Mesti baca bukunya, hehehe. Tetapi intinya: ini memang solo traveling. Aku pergi seorang diri. Sehingga kerap kesepian di perjalanan. Suka tak suka mesti mengenal orang di mana pun jua. Nah, interaksi dengan orang lain, di daerah lain itulah yang membuat perjalanan ini terasa berkesan dan bermakna :)

#Twitteriak: Sudah ditemukan apa yang dicari dari perjalanan ke Tibet? (Pertanyaan dari @a_agrippina)
Daniel Mahendra: Sudah. Kukira jawabanku sebelumnya tadi yang kudapatkan :)

#Twitteriak: Apakah perjalanan ini akan disusul dengan perjalanan-perjalanan berikutnya? Tujuan berikutnya ke mana?
Daniel Mahendra: Wah, tentu saja! Aku ingin mengunjungi tempat-tempat di mana setiap agama bermula. Aku juga ingin ke Machu Picchu.

#Twitteriak: Kenapa memilih Nepal sebagai tujuan traveling untuk buku “Perjalanan ke Atap Dunia?” (Pertanyaan dari @mariana_pink)
Daniel Mahendra: Karena dari Tibet, sayang sekali kalau tidak turun ke Nepal. Dan kukira: Nepal itu surga traveler :) Tetapi tujuan utama perjalananku kemarin tetap: Tibet.

#Twitteriak: Apa yang ditemukan @penganyamkata di Nepal yang tidak bakal ditemukan di sini? (Pertanyaan dari @esvandiarisant)
Daniel Mahendra: Duduk berdua di sisi telaga menikmati senja bersama gadis Perancis. Hahaha! *becanda*

#Twitteriak: Berapa halaman buku ini? (Pertanyaan dari @htanzil)
Daniel Mahendra: 360 halaman ditambah foto-foto. Yang jelas bukan buku
“how to”. Dibanding travel writer lain, aku belum apa-apa. Tetapi aku ingin menggugah pembaca untuk: BERANI BERMIMPI. Jangan pernah takut untuk mewujudkannya!

#Twitteriak: Masih punya obsesi keliling dunia lagi? Adakah negara yang ingin dikunjungi? (Pertanyaan dari @mariana_pink)
Daniel Mahendra: Tentu! Dibanding ke Eropa/Amerika, aku lebih tertarik ke negara-negara seperti Asia, Afrika, Amerika Latin.

#Twitteriak: Kalau diberi kesempatan melakukan solo trip lagi, tempat mana yang akan jadi tujuan Daniel Mahendra? (Pertanyaan dari @alvina13)
Daniel Mahendra: Machu Picchu di Peru. Tetapi aku pun ingin sekali bersujud di depan ka’bah. Aku ingin “pulang”.

#Twitteriak: Perjalanan adalah proses mengenali dan menaklukkan diri sendiri. Bagaimana menurut Daniel Mahendra?
Daniel Mahendra: Setuju. Dalam perjalanan kualitas diri kita yg sebenarnya muncul dan terkuak. Di situlah kita belajar atas ego kita.

#Twitteriak: Ada niat untuk mengkhususkan diri menjadi travel writer, seperti Gol A Gong atau Agustinus Wibowo?
Daniel Mahendra: Aku mengalir saja, sembari terus menempa diri ke arah sana. Gol A Gong dan Agustinus Wibowo adalah orang-orang hebat. Merekalah, Gol A Gong dan Agustinus Wibowo, traveler sejati dalam arti sebenarnya.

#Twitteriak: Berniat untuk membuat kisah perjalanan di dalam Indonesia? (Pertanyaan dari @Patipatigulipat)
Daniel Mahendra: Yup. Aku sedang riset traveling menyusuri seluruh jalur kereta api di Indonesia (Jawa dan Sumatera).

#Twitteriak: Apa buku berikutnya yang dirancang? Katanya akan menerbitkan novel dari perjalanan ini?
Daniel Mahendra: Tahun ini ada banyak buku terbit. Tetapi yang sedang kupersiapkan, sebuah novel berjudul “Niskala. Renjana di Himalaya”.

#Twitteriak: Apakah perjalanan ke atap dunia mengubah kehidupan Daniel Mahendra sendiri? Kalau ada, apa yang berubah? (Pertanyaan dari @alvina13)
Daniel Mahendra: Di Tibet, aku memutuskan berhenti merokok.

#Twitteriak: Pernah travel writer ke tempat-tempat religi? Sambil beribadah misalnya? (Pertanyaan dari @mariana_pink)
Daniel Mahendra: Secara khusus, belum. Tetapi aku traveling sembari bekerja. Dan bekerja bagiku adalah wujud ibadah.

#Twitteriak: Kenapa sampul “Perjalanan ke Atap Dunia” rel kereta? Apa ada filosofinya? (Pertanyaan dari @mariana_pink)
Daniel Mahendra: Foto pada sampul itu memang jalur kereta China-Tibet. Ketinggianya 3.000 sampai dengan 5.000 mdpl. Filosofinya: hidup itu laksana sebuah perjalanan. Ada tujuan dan akhirnya. Kalau ada ujungnya, kenapa mesti berhenti di tengah jalan?;)

#Twitteriak: Adakah buku traveling yang menginspirasi Daniel Mahendra untuk menulis buku “Perjalanan ke Atap Dunia”? (Pertanyaan dari @myflova)
Daniel Mahendra: Tentu! “Balada Si Roy” karya Gol A Gong. Saat ini sedang kuedit untuk terbitan Malaysia :)

#Twitteriak: Punya travel writer favorit? Siapa dan kenapa? (Pertanyaan dari @mariana_pink)
Daniel Mahendra: Gol A Gong. Dia menulis dengan satu tangan dan produktif pula. Dia membangunkan mimpi orang. Kalau aku bertangan lengkap tidak menelurkan karya, alangkah malunya. Undur diri saja sebagai manusia. [24a24b]

#Twitteriak: Sebenarnya pesan apa yang ingin disampaikan dalam buku “Perjalanan ke Atap Dunia”? (Pertanyaan dari @mariana_pink)
Daniel Mahendra: JANGAN PERNAH TAKUT UTK TERUS BERMIMPI. JANGAN PERNAH TAKUT UTK MEMPERJUANGKAN DAN MEWUJUDKANNYA.

Terima kasih kepada Daniel Mahendra karena sudah meluangkan waktunya untuk menjadi tamu di obrolan TWITTERIAK. Obrolan TWITTERIAK ini diminta oleh Hernadi Tanzil, salah satu Tweereaks setia.

___________________________________________

Obrolan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari obrolan ini ada di twitteriak.com