Semesta Mengamini

Ulasan Perjalanan ke Atap Dunia | #6

Oleh Fitri Rosdiani

Alhamdulillah, akhirnya bisa juga menghadiri launching buku “Perjalanan ke Atap Dunia”. Sebuah catatan perjalanan mas Daniel Mahendra waktu ke Tibet tanggal 14 April 2011 dan buku ini resmi di luncurkan tepat di tanggal yang sama 14 April 2012 di Dago Giri tepatnya di Waroeng Itempoetih.

Jauh-jauh hari sebelum acara ini dimulai, Mas Daniel Mahendra sudah memberi kabar dan buku akan di-launching di Bandung. Dan saat itu pula ketika usai rapat, aku ditugaskan harus ke Palembang ada dinasan. Ups! Ga bisa menghadiri acara ini pikirku. Detik-detik penentuan dan masih terucap, beberapa hari sebelum keberangkatan aku masih berharap semoga bisa menghadiri acara ini. Do’aku saat itu, semoga gak jadi pergi ke Palembang. Alhamdulillah, semesta mengamini.

Buku Perjalanan ke Atap Dunia bukan sekedar catatan biasa, yang sebelumnya pernah aku baca juga di blognya mas Daniel Mahendra tapi juga bercerita tentang alam, manusia, spiritual, politik, seni dan budaya. Dengan membacanya aku seolah-olah berada di sana juga, walaupun mimpiku tidak terlalu muluk-muluk saat ini. Ya… aku hanya ingin keliling Indonesia dulu, amin, dan semoga semesta pun ikut mengamini.

Jujur saja, setelah membaca perjalanannya ke Tibet di blog pribadinya mas DM, secara tidak langsung mempengaruhi tulisanku sewaktu update tulisan catatan perjalanan ke Sawarna Banten. Ya, tulisanku dibuat bersambung terus, walaupun sampai sekarang belum rampung-rampung tuh tulisan, du…du…du…

Pasti semua pernah punya mimpi, sama seperti mas DM.  Mimpi di masa kecil sewaktu menerima hadiah komik yang berjudul Tintin di Tibet yang terus menerus mempengaruhi pikirannya dan bukan itu saja ketika beranjak dewasa pun sebuah film “Seven Years in Tibet”  terus ditontonnya berkali-kali bayangan tentang Tibet yang disebut Negeri Atap Dunia itu kembali  terkuak dan makin menjadi-jadi. Akhirnya mimpi itu pun terwujud, setahun ke belakang sebelum peluncuran buku ini mas Daniel Mahendra ke Tibet dengan melakukan perjalanan darat melalui Cina dan Nepal.

Kalau hanya sekedar punya mimpi tanpa diwujudkan tidak akan terlaksana.

“Betapa pentinggnya sebuah tindakan. Ketika kita mulai memutuskan sesuatu, tiba-tiba isi kepala kita bekerja dengan sendirinya: bagaimana untuk mencapai sesuatu tersebut.” [ Sangga, hal 20 ]

Perjalanan yang cukup jauh, di mana mas Daniel Mahendra merasakan menjadi minoritas di antara mayoritas saat itu. Berada di negeri orang, dengan adat dan kebudayaan yang berbeda, ya tentu saja mau tidak mau harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

“Jangan pernah takut  untuk bermimpi dan mewujudkannya.” kata Daniel Mahendra

Sebuah perjalanan atau pun proses dalam kehidupan adalah sebuah cerita panjang yang di dalamnya berisikan sebuah kisah yang penuh makna, inspirasi, harapan dan keajaiban. Dan terkadang aku ingin menuliskan semuanya itu saat ini dengan pikiran, perkataan dan perbuatan. Ayo ditulis! Kadang kata ini selalu menjadi penyemangat untuk menulis.

Acara launching-nya sendiri berjalan dengan lancar. Acara dimulai dengan pemotongan tumpeng si “Adun”  (Perjalanan ke Atap Dunia).

Dan aku pun pamit setelah magrib, masih ada perjalanan satu lagi yaitu pulang. Seberapa pun jauhnya  perjalanan yang akan ditempuh tetap aja satu, yaitu rindu pulang.

“Seorang penulis harus berani melebur ke alam kehidupan masyarakat sekitar. mendengarkan detak jantungnya. Merasakan denyut nadinya. Meraba sesuatu yang belum pernah terjamah oleh panca inderanya. Serta melihat dari sudut pandang yang berbeda”. [Renjana hal 236]

Terima kasih untuk mas Daniel Mahendra yang telah mengundang ke acaranya, terima kasih juga untuk Indri Juwono, sahabatku Ei dan teman-teman lainnya. Semoga kita diberi kesempatan lagi untuk bertemu.

Salam.

_________________________

* Pengembara yang selalu bertemu para Sensei. Tinggal di Jakarta.

Tulisan ini dimuat di sini tak lain sekadar usaha pendokumentasian. Versi asli dari tulisan ini ada di rayafr.blogdetik.com [April 2012].